Quantcast
KomputerLaptopMobile GamingNews

[Gaming Test] Menguji Asus Vivobook A407U untuk Bermain Game

Bagi kaum millenial, memiliki perangkat laptop yang ringan dan bisa diandalkan merupakan suatu kewajiban. Bukan hanya untuk bekerja, laptop tersebut juga harus bisa memberikan kemampuan memainkan film melalui streaming maupun mengedit video untuk para YouTuber. Asus Vivobook A407U menempatkan diri ke jajaran tersebut dengan laptop yang kuat, ringan, tipis, trendy bentuknya, dan yang terpenting tidak terlalu mahal; hanya sekitar 6,4 jutaan saja.

ghw asusvivobook a407u 001

Lalu, bagaimana dengan pengguna yang gemar memainkan game? Apakah laptop ini juga ditujukan untuk mereka? Untuk mengetahuinya maka kami memasang beberapa game dan bermain di sana. Berkat dukungan graphics card NVIDIA MX110 2GB GDDR5 plus RAM 4 GB, kami cukup optimis laptop ini bisa bermain game 3D dengan baik; setidaknya pada setting graphics yang rendah.

Tentu saja kami tekankan bahwa laptop ini bukan ditujukan untuk bermain game, dan kemampuannya untuk bermain game 3D seperti yang kami tunjukkan pada artikel ini adalah nilai plus baginya. Setidaknya selain kamu bisa mendapatkan laptop yang keren dan kece, kamu juga bisa main game dengan budget 6 jutaan saja. Sebelum kami ungkap lebih lanjut seperti apa laptop ini ketika memainkan game, berikut spesifikasinya:

[table] Spesifikasi;Asus Vivobook A407U
CPU;Intel® Core™ i3-6006U Processor, 2.0GHz (3M Cache)
OS;Windows 10 Home
Memory;4GB DDR4
Storage; 1TB HDD 5400RPM
Layar; 14 Inci (16:9) LED backlit HD (1366×768) Glare Ultra Slim
Graphics Card; NVIDIA MX110 2GB GDDR5 / Intel HD graphics 510
Input/Output; 1x Microphone-in/Headphone-out jack, 1x USB 3.0 port, 1x HDMI, 1x MicroSD card reader, 1x USB 2.0 Port
Kamera;VGA Web Camera
Connectivity;Dual band 802.11ac Bluetooth V4.1
Audio;ASUS SonicMaster Technology
Baterai; 3 cell Li-ion 33WHrs
Dimensi; 328.6 x 246.3 x 21.9mm
Berat;1,55 Kg plus baterai
[/table]

Game Yang Kami Mainkan

Untuk game yang kami mainkan di Asus Vivobook A407U, kami memilih 3 game 3D yang cukup berat dan 1 game indie yang cukup cantik visualnya. Game dengan visual berkualitas tinggi yang kami gunakan adalah Frostpunk, Battletech, dan Divinity Original Sin 2. Sedangkan game indie yang kami mainkan adalah Northgard. Perkiraan awal kami sebelum memainkan semua game tersebut adalah setidaknya setting yang digunakan pasti paling rendah, dan permainannya agak lambat. Akan tetapi tidak apa-apa! Karena bila game tersebut bisa dimainkan saja kami sudah puas!

Sebagai catatan, kami memainkan game di Asus Vivobook A407U dengan menghubungkannya selalu ke aliran listrik tanpa membiarkan baterai mengambil alih, serta kami klik kanan ikon game di desktop dan memilih opsi “Run with graphics processor | High-performance NVIDIA Processor”, tidak dengan integrated grahics. Sebab, adakalanya game tidak otomatis berjalan di NVIDIA dan hasilnya tentu jauh sekali di bawah.

Frostpunk

Frostpunk merupakan game simulasi membangun kota di akhir peradaban, saat dunia diselimuti es dan manusia bertumbangan. Game ini sangat sulit, bahkan untuk gamer simulasi veteran sekalipun. Namun, game ini pula yang mendapatkan begitu banyak penghargaan, mulai dari permainannya sampai kualitas visual grafisnya yang indah. Untuk melihat seberat apa game ini, berikut spesifikasi minimumnya:

    OS: Windows 7/8/10 64-bit
    Prosesor: 3.2 GHz Dual Core
    Memory: 4 GB RAM
    Graphics Card: GeForce GTX 660, Radeon R7 370 dengan 2 GB video RAM
    DirectX: Version 11
    Storage: 8 GB

Setidaknya RAM dan VRAM Graphics Card Asus Vivobook A407U sudah siap untuk menghadapi game ini. Sekarang masalahnya adalah sebaik apa game ini berjalan di laptop tipis ini? Guna mengetahuinya, kamu memainkan game ini selama beberapa jam. Sedangkan untuk setting visual gamenya, kami mengubah semuanya ke Low, dan resolusinya 1366×768, serta VSYNC dinyalakan.

Ternyata pada awal permainan kami sempat menemui masalah. Waktu loading awalnya lumayan lama, sekitar 7 hingga 10 menit. Namun setelah itu bila kami kembali ke menu utama untuk memulai game baru, waktu loadingnya tidak selama itu lagi. Tampaknya hanya pada loading pertama saja setelah mematikan gamenya.

Hasil yang kami temui adalah permainan yang berkisar pada 35 fps, sehingga terkadang ketika kami menggeser layar permainan, visualnya patah-patah dan tearing. Untungnya permainannya sendiri tidak merubah, dan masih bisa dengan mudah kami mainkan tanpa terhenti sejenak atau freezing.

ghw asusvivobook a407u 008

Kami menemukan game menjadi sangat berat ketika jumlah bangunannya semakin banyak, dan cuaca di dalam game menjadi penuh partikel, seperti ketika badai salju. Secara keseluruhan, game ini masih dapat dinikmati di Asus Vivobook A407U, dan tidak banyak masalah yang terjadi.

Battletech

Battletech merupakan satu lagi game yang mendapatkan banyak review positif setelah Frostpunk. Game strategi yang melibatkan pertarungan robot raksasa ini memiliki visual dengan kualitas yang ciamik, detail tinggi, dan bakal membuat pecinta mecha tergila-gila. Walaupun game ini tidak memiliki kecepatan yang tinggi, karena permainan berjalan secara turn-based, alias pemain dan musuh jalan bergiliran, tetapi efek visualnya luar biasa cantik sehingga memberatkan kerja graphics card. Berikut spesifikasi minimum untuk bisa memainkan game ini:

    OS: 64-bit Windows 7
    Prosesor: Intel® Core™ i3-2105 atau AMD® Phenom™ II X3 720
    Memory: 8 GB RAM
    Graphics card: Nvidia® GeForce™ GTX 560 Ti atau AMD® ATI Radeon™ HD 5870 (1 GB VRAM)
    DirectX: Version 11
    Storage: 30 GB

Permintaan RAM game ini bahkan pada spesifikasi minimum saja sudah cukup mengkhawatirkan, yaitu 8 GB; dibandingkan RAM Asus Vivobook A407U yang hanya 4 GB saja. Gilanya, game ini meminta RAM 16 GB pada spesifikasi optimalnya, jadi bisa dibayangkan seperti apa beratnya game ini ketika dimainkan. Itu sebabnya kami tanpa pikir panjang langsung menggunakan setting terendah, yaitu Low dengan semua efek visual termasuk anti-aliasing dan VSYNC dimatikan. Sedangkan resolusinya tetap kami pertahankan pada 1366×768.

Hasilnya kami menemui permainan yang cukup sulit, dalam artian grafisnya sering patah-patah. Meskipun tidak terlalu parah sampai tidak bisa dimainkan, kami beberapa kali menemui saat permainan skip beberapa frame karena saking beratnya game ini dijalankan. Apalagi bila kami memainkannya dengan tingkat zoom jauh, sehingga semua lingkungannya bisa terlihat.

Pada tingkat zoom normal, permainan berjalan pada 35 fps (frame per second) sehingga masih bisa dibilang cukup bisa dimainkan. Namun, pada tingkat zoom jauh permainan langsung jatuh ke 15 fps atau bahkan di bawahnya. Sebagai rumus, semakin rendah fps, maka semakin sulit game tersebut dimainkan. Untung game ini bukan action sehingga kami masih bisa memainkannya dengan baik.

Divinity Original Sin 2

Ketika berbicara mengenai Divinity Original Sin 2, maka kami akan membicarakan mengenai RPG dengan review mendekati nilai sempurna, sampai bisa dimasukkan ke dalam jajaran game terbaik sepanjang masa. Sedangkan untuk visualnya, game ini begitu kaya dengan obyek, dan detail dari setiap obyek tersebut sangat tinggi. Hasilnya, game yang seharusnya cukup berat untuk dimainkan di laptop non-gaming. Untuk melihat seberat apa game ini, berikut spesifikasi minimum yang perlu dipenuhi:

    OS: Windows 7 SP1 64-bit / Windows 8.1 64-bit / Windows 10 64-bit
    Prosesor: Intel Core i5
    Memory: 4 GB RAM
    Graphics card: NVIDIA® GeForce® GTX 550 / ATI™ Radeon™ HD 6XXX
    DirectX: Version 11
    Storage: 35 GB

Menariknya, ketika kami menggunakan opsi Auto Detect untuk menentukan setting grafisnya secara otomatis, artinya kami membiarkan game tersebut mendeteksi hardware guna memilih setting optimal, ternyata kamu mendapatkan setting Medium dengan resolusi 1366×768. Tadinya kami sudah mengira akan mendapatkan setting Low. Dengan demikian, game ini seharusnya masih bisa mempertahankan sedikit keindahan grafisnya ketika dimainkan.

Ketika kami memainkan game ini, memang benar setting Medium tersebut tidak menganggu permainan. Terbukti dengan game yang bisa berjalan sekitar 36 fps di daerah tertutup, seperti ruangan; serta nilai fps yang hampir sama yaitu 32 fps pada daerah terbuka. Namun pada daerah dengan banyak orang berkeliaran, seperti perkotaan dan pedesaan, nilai fps menurun drastis ke 12 fps. Hasilnya game menjadi “tersedak” alias terhenti sejenak.

Kami juga mengalami kesulitan untuk menggerakkan kamera ketika berada di daerah yang ramai. Oleh karena itu, kami sarankan untuk menurunkan setting grafisnya, setidaknya mematikan opsi anti-aliasing supaya nilai fps bisa didongkrak lebih tinggi dan permainan menjadi lebih nyaman.

Permainan ketika bertarung tidak mengalami banyak perubahan. Kami masih menemukan kisaran 30 fps meskipun banyak efek serangan dan sihir yang mewah secara grafis. Begitu juga ketika kami berada di daerah dengan banyak obyek bergerak, seperti tepian air dan hutan. Permainan masih dapat dipertahankan dengan baik kenyamanannya, dan kami simpulkan game ini memang bisa dimainkan dengan baik di Asus Vivobook A407U.

Northgard

Northgard boleh saja dilihat sebagai game indie, tetapi kualitas game ini sendiri hampir sama dengan game kelas atas. Mulai dari tampilan visualnya sampai permainannya, game simulasi membangun di era Viking ini sangat menarik, dan tentunya akan sangat pas untuk dimainkan di laptop ini. Tentu saja karena tidak banyak gerakan yang cepat seperti game action. Sebelum kami bahas mengenai pengalaman bermainnya, berikut spesifikasi minimum untuk memainkannya:

    OS: Windows Vista
    Prosesor: Intel 2.0 GHz Core 2 Duo
    Memory: 1 GB RAM
    Graphics Card: Nvidia 450 GTS / Radeon HD 5750
    DirectX: Version 10
    Storage: 400 MB
    Catatan: Resolusi minimum 1366×768

Hal yang patut menjadi catatan untuk Northgard adalah game ini memiliki visual yang dipenuhi oleh detail kecil yang begitu banyak. Karena sifat gamenya yang menempatkan pemain di daerah hijau dengan begitu banyak vegetasi, maka sudah sewajarnya layar permainan dipenuhi oleh beragam pernik grafis. Melihat kemungkinan tersebut, kami mematikan opsi untuk grafis tingkat tinggi di layar settingnya dan menggunakan resolusi 1366×768.

ghw asusvivobook a407u 020

Ternyata game ini bisa berjalan dengan apik di setting tersebut. Bukan hanya lancar di kisaran 56 fps (mendekati sempurna di 60 fps), game ini juga tidak memberikan banyak masalah seperti sulit menggerakkan kamera dan memilih obyek serta unit di layar permainan. Ditambah lagi visualnya sudah tergolong bagus untuk setting bukan High.

Rasanya untuk memainkan game ini, setting bisa dinaikkan ke High, selama resolusinya tidak berubah dan tetap di 1366×768. Sedangkan untuk bayangan tingkat tinggi, kami merasa sebaiknya jangan dinyalakan. Sebab, game dengan banyak detail 3D semacam ini akan menjadi luar biasa berat bila bayangan berkualitas tingginya dinyalakan.

ghw asusvivobook a407u 021

Kesimpulan

Kami berhasil membuktikan bahwa Asus Vivobook A407U ternyata bisa digunakan untuk menemani gamer bermain game. Meskipun bukan game yang aduhai seperti game action dan balapan, setidaknya laptop ini bisa digunakan untuk game yang kecepatannya lebih santai. Hanya saja, untuk bermain di Asus Vivobook A407U sebaiknya tetap mempertahankan asupan listrik dari colokan, jangan sampai menggunakan baterai. Karena bisa dipastikan kinerja game yang dimainkan akan menurun drastis ketika menggunakan baterai. Kecuali tentu saja bila gamenya sangat rendah permintaan minimumnya atau sudah sangat tua umurnya.

4 komentar

  1. Bang kalo asus A407U intel core i7 , Nvidia GEFORCE Bisa main game GTA 5 nggak bang??

Back to top button