Quantcast
Foto & VideoKamera sakuReview

Review Canon PowerShot G1X Mark II

Kamera saku dengan sensor yang besar ternyata masih disukai, terbukti dengan larisnya berbagai kamera saku prosumer seperti Sony RX100 Mark IV, Fujifilm X100T dan Panasonic LX100. Rupanya produsen kamera nomor satu dunia, Canon, juga tidak ingin ketinggalan dengan merilis G1X Mark II. Kamera yang merupakan penerus G1X ini menggunakan sensor 14,1 megapiksel dengan ukuran fisik 1,5 inci, lebih besar dari sensor Micro 4/3 dan sedikit lebih kecil dari sensor APS-C.

Desain dan Pengendalian
Canon G1X generasi kedua ini masih menggunakan desain klasik ala kamera rangefinder dengan warna hitam legam. Namun ada sesuatu yang menghilang dibanding generasi pertama, yaitu optical viewfinder. Menurut spesifikasi di web resmi Canon, Mark II malah lebih berat dibandingkan Mark I (553 gram vs 534 gram). Memang untuk tinggi, Mark II sedikit lebih pendek, jadi lebih irit tempat.

Di sisi kiri kamera ini terdapat grip yang tidak terlalu menonjol. Untuk grip ibu jari (thumb grip), Canon menyediakannya tepat di sebelah kanan atas layar. Secara keseluruhan G1X Mark II terasa nyaman dan aman saat digenggam. Terbantu juga dengan ukuran yang memang tidak beda jauh dengan kamera Mirrorless.

Di bagian atas terdapat dial pengaturan mode, tombol shutter dengan ukuran yang pas beserta pengaturan zoom. Sayangnya tombol Play dan tombol daya berukuran kecil sehingga agak sulit ditekan. Flash tersembunyi dapat dihadirkan dengan sekali sentak tombol di sebelah kiri. Flash bisa dilipat ke atas saat digunakan jika pengguna ingin menggunakan teknik Bounce Flash.

Layar G1X Mark II bisa dilipat ke atas untuk membantu selfie, bisa juga dilipat ke arah bawah. Sangat membantu saat kondisi pemotretan yang menyulitkan. Layar sentuh bisa digunakan untuk mengatur arah fokus. Tombol-tombol di samping kanan layar jelas maksudnya dan memudahkan bahkan untuk pemula sekalipun.

Lensa
Canon G1X Mark II menggunakan lensa dengan zoom optikal 5x atau setara dengan 24-120mm untuk kamera 35mm (16-80mm pada kamera APS-C). Jangkauannya ini membuatnya cukup fleksibel untuk berbagai kebutuhan. Dibandingkan dengan lensa kit DSLR dan mirrorless standar, jangkauan lensanya ini lebih lebar dan lebih panjang.

Image05

Pada mode makro, lensa mampu fokus pada obyek dengan jarak 5cm. Ada teknologi Image Stabilizer untuk membantu pemotretan dengan kecepatan rana yang panjang. Dengan tangan yang stabil, kecepatan ¼ detik masih memungkinkan untuk menghasilkan foto yang tajam. Lensa yang tidak bisa diganti-ganti ini memiliki penutup otomatis sehingga tidak perlu repot menyimpan penutup lensa saat Anda memotret.

Lensa memiliki dua buah ring, satu untuk mengatur kecepatan rana atau bukaan lensa (memilih dari menu di kamera), satu ring lagi untuk mengatur manual fokus.

Performa dan Kecepatan
Penyakit G1X pertama adalah autofokus yang lambat. Untuk G1X Mark II sudah diperbaiki, namun terasa autofokus masih kurang cepat, serta seringkali miss focus saat memotret obyek yang bergerak. Layar sentuh memudahkan dalam memilih area fokus. Apalagi performa saat memotret berturut-turut sama sekali tidak impresif, hanya sekitar 1 jepretan saja per detiknya.

Untuk manual fokus, secara otomatis layar akan menampilkan area fokus yang diperbesar, serta dibantu dengan focus peaking. Sangat membantu bagi Anda yang gemar memotret dengan mode fokus manual.

Shutter pada G1X Mark II sejatinya tidak berisik, namun dalam pengaturan default bunyi shutter dihasilkan oleh speaker, seperti pada ponsel. Nyalakan mode mute, maka kamera hampir tidak menghasilkan suara saat memotret, shutter hanya menghasilkan bunyi ‘klik’ kecil saja. Sangat berguna jika Anda ingin memotret candid atau memotret di lingkungan yang tidak boleh berisik seperti tempat ibadah atau konser.

G1X Mark II dilengkapi fitur Wi-fi dan NFC. Jika NFC pada perangkat Anda dihubungkan ke NFC pada G1X Mark II, maka perangkat Anda akan menuju ke Google Play untuk diarahkan mengunduh aplikasi Canon Camera Window dan diarahkan lagi untuk mengunduh CameraConnect. Namun dalam praktiknya menggunakan aplikasi ini dan mengkoneksikan perangkat cukup sulit, baik itu menggunakan koneksi Access Point dari kamera atau Wi-Fi sekitar. Sudah sama-sama terhubung tetapi belum tentu kamera bisa mengirim foto ke perangkat Anda.

Hasil Foto
Menggunakan bukaan terbesar (f/2 di focal length (FL) terlebar dan f/3.9 di FL tersempit), hasilnya agak soft, terutama dalam mode makro. Mode makro cukup impresif, dengan kemampuan memotret dengan jarak 5 cm dari moncong lensa, namun perlu dicatat jarak tersebut diperoleh dari FL terlebar (12,5mm, ekuivalen 24mm untuk kamera full frame). Turunkan 1 step, maka hasil akan lebih tajam. Obyek pada foto di bawah ini memiliki jarak 5cm dari moncong lensa.
IMG_1217

Bokeh (latar belakang blur) mudah diperoleh berkat sensor yang besar dan lensa dengan bukaan f/2-3.9. Untuk memisahkan obyek dengan latar belakang sangat mudah jika dibandingkan dengan kamera digital pocket lain. IMG_0941

Hasil pada ISO terendah (ISO 100), foto terlihat tajam, namun cukup kentara kalau ketajamannya memang sedikit diolah oleh kamera ini. Warna-warni yang dihasilkan khas kamera DSLR Canon, bersih dengan kontras yang tinggi. Rentang dinamis (Dynamic Range) sedikit dikorbankan, kamera terlalu mudah mendapatkan hasil highlight yang berlebihan alias terbakar pada mode JPEG.
IMG_1226

Saturasinya sedikit berlebihan, namun bagi sebagian besar pengguna rasanya hasil ini akan terasa pas, karena memungkinkan untuk langsung dipajang di media sosial tanpa perlu banyak diolah. Mode Auto sudah cukup untuk menghasilkan gambar yang bagus. White balance akurat, hanya sedikit foto di mana White balance yang dihasilkan meleset. Saat kondisi gelap, ISO 1600 masih terlihat aman, meskipun ketajaman dikorbankan karena Noise Reduction beraksi. Pengurang noise pada ISO 3200 pun tidak membuat gambar menjadi seperti lukisan, dengan kata lain masih terlihat natural. Foto di bawah ini adalah ISO 1600. IMG_1146

 

Untuk melihat hasil foto lainnya, Anda bisa klik album Flickr kami di tautan ini, semua foto asli tanpa ada pengolahan apapun.

Kesimpulan
Dengan harga 6,7 juta rupiah, kamera ini langsung berhadapan kamera mirrorless entry level. Sebut saja Sony A5000 (Rp. 6 juta dengan lensa kit 16-50mm), Fujifilm X-M1 (Rp. 7 juta dengan lensa kit 16-50mm), Samsung NX3000 (Rp. 6 juta dengan lensa kit 16-50mm) dan mirrorless Canon sendiri: Canon EOS M3 (Rp. 7,3 juta dengan lensa kit 18-55mm). Dari segi ukuran dan berat, Canon G1X Mark II juga setara sehingga tidak memiliki keunggulan lebih ringan atau lebih ringkas dibandingkan kamera tersebut di atas.

Lensa pada Canon G1X Mark II memang memiliki jangkauan lebih baik dan bukaan lebih besar dibandingkan lensa bawaan kebanyakan kamera mirrorless. Ini membuatnya amat cocok bagi pengguna yang tidak ingin berganti-ganti lensa dan ingin memotret banyak subyek dengan satu kamera seperti pada saat liburan atau street photography. Dipadukan dengan kemampuan ISO tinggi dan low-light yang mumpuni, kamera ini ideal bagi pengguna awam yang gemar jalan-jalan dan menginginkan hasil foto bagus dengan jangkauan lensa yang luas.

Yang Canggih:
+ Sensor 1,5 inci yang besar
+ Lensa bukaan besar dengan jangkauan yang baik
+ Desain ergonomis yang nyaman
+ Kemampuan ISO tinggi yang amat baik untuk ukuran kamera prosumer
+ Hasil foto format JPEG baik
+ Shutter yang nyaris senyap

Yang Kurang:
– Bodi besar dan berat untuk ukuran kamera prosumer
– Autofocus dan kinerja keseluruhan agak lambat
– Tidak ada viewfinder optikal
– Harga cukup tinggi, setara dengan kamera mirrorless

Back to top button