Quantcast
Foto & VideoKamera MirrorlessReview

Review Sony A3000

Tahun 2014 diwarnai dengan munculnya serangkaian kamera digital mirrorless yang inovatif. Tren yang paling terasa adalah menjamurnya kamera DSLM dengan ukuran yang semakin mungil. Menjawab tantangan tersebut, Sony memilih jalannya sendiri dengan merilis Sony A3000 yang hadir membidik segmen fotografer pemula.

Konsep Desain
Tidak mengikuti tren bukan berarti Sony harus ketinggalan dengan para kompetitornya. Ini menarik mengingat Sony A3000 disiapkan Sony dengan mengusung konsep dualisme. Sejatinya, Sony A3000 ini adalah Sony NEX dengan menggusung lensa E-mount dan antar muka menu yang sama namun dikemas dalam bodi kamera DSLR. Tidak perlu diragukan lagi, dengan desain bodinya tersebut Sony A3000 memang lebih nyaman digunakan jika dibandingkan dengan seluruh kamera DSLM Sony. Bodinya juga tergolong ringan dan dimensinya yang tidak terlalu besar, sangat ideal untuk diajak berpergian.

Tombol navigasi yang dimilikinya pun cukup sederhana. Sama persis dengan tombol-tombol navigasi yang dapat dijumpai di kamera NEX. Perbedaannya, di bagian atas bodi Sony A3000 kini hadir tombol dial untuk memilih mode pemtoretan seperti kamera DSLR.

sony a3000-1

Sony A3000 juga telah dilengkapi dengan lubang intip elektronik atau EVF dan sebuah layar LCD berukuran 3-inci yang cukup memadai digunakan untuk memotret. Kendati demikian, cukup disayangkan EVF (electronic viewfinder) Sony A3000 belum dilengkapi eye sensor. Jadi, jika ingin memotret menggunakan EVF, Anda harus menekan tombol yang tersedia terlebih dahulu. Saat menggunakan EVF, layar tidak bisa digunakan untuk melakukan pengaturan kamera. Semua pengaturan harus dilihat melalui EVF. Begitu juga sebaliknya, jika menggunakan layar untuk melakukan pengaturan kamera dan membidik foto, EVF tersebut tidak akan bisa digunakan.

Fitur dan performa
Menyasar segmen pengguna pemula, Sony A3000 hadir dengan menu NEX yang amat sederhana dan mudah digunakan. Fitur-fiturnya pun cukup lengkap, mulai dari 15 opsi efek foto, mode Sweep panorama hingga opsi-opsi pengaturan kamera yang bisa digunakan untuk menghasilkan foto lebih maksimal seperti misalnya smile shutter, auto object framing dan soft skin effect tersedia di kamera ini. Pengguna kamera Sony sebelumnya tentu tidak akan gagap lagi saat menggunakannya, mengingat menunya cukup mirip.

antar muka menu Sony NEX yang sederhana
antar muka menu Sony NEX yang sederhana

Tidak ketinggalan, Sony juga melengkapinya dengan fitur Optical Steady Shot stabilization untuk mengoptimalkan pengambilan foto agar tetap tajam dan minim blur. Saat dicoba, fitur ini cukup efektif membantu menghasilkan foto tajam di kondisi minim cahaya. Bagi fotografer pemula yang sedang belajar, terdapat kumpulan tips memotret di dalam kamera.

Hasil foto Sony A3000 terlihat cukup tajam dengan warna yang cukup matang. Menemukan fokus juga dapat dilakukannya dengan cepat. Kemampuan ISO tingginya cukup rata-rata untuk sebuah kamera DSLR kelas pemula dengan hasil foto yang bersih noise hingga ISO 3200. Di atas ISO 3200, hasil foto akan berkurang detail dan ketajamannya. Dengan opsi AWB, kemampuan white balance A3000 juga masih dapat diandalkan dengan tonal warna pada hasil foto yang terlihat cukup akurat, walau terkadang terlihat sedikit meleset tergantung dengan kondisi pencahayaan di sekitarnya.

Berikut hasil foto dari Sony A3000. Untuk koleksi hasil foto yang lengkap, bisa dilihat di laman Flickr resmi yangcanggih berikut ini
DSC09538

DSC09734

DSC09487

Kesimpulan
Dengan konsep gabungan Sony Alpha dan Sony NEX, menurut kami Sony A3000 berhasil memulai debutnya dengan sangat baik. Semua yang ada di kamera DSLR kelas entry bisa Anda temukan di kamera ini. Tentunya dengan bodi ala DSLR, EVF, bobot yang lebih ringan, serta sangat mudah digunakan. Hasil fotonya pun tergolong cukup baik dengan lensa standar yang dimilikinya. Jika budget Anda minim sekitar Rp4,5 juta tak perlu diragukan lagi kami sangat merekomendasikan Sony A3000 untuk Anda yang ingin memulai belajar fotografi.

Yang Canggih:
– Fitur lengkap untuk kamera DSLR kelas pemula
– Bodi cukup ergonomis
– Hasil foto cukup tajam dengan lensa kit
– Mudah digunakan
– Harga relatif terjangkau

Yang Kurang:
– EVF tidak dilengkapi eye sensor
– Banyak pengaturan harus lewat menu, bukan melalui tombol khusus

Back to top button