Quantcast
Mobile GadgetReviewSmartphone

Review LG G2

Tahun 2013 sepertinya menjadi tahun kesepakatan bagi merek smartphone papan atas untuk mencoba menghadirkan kembali smartphone Android dengan teknologi yang baru dan unik. Tentunya semua itu dilakukan dengan tujuan yang sama, merebut supremasi sebagai perangkat Android terbaik.

Demikian pula usaha terbaru yang dilakukan oleh brand asal Korea Selatan berikut ini. LG memang membutuhkan perangkat baru yang bisa menyegarkan image mereka supaya layak masuk pertarungan device Android kelas atas.

Sebagai pembuat smartphone Android, LG sebenarnya sudah cukup berpengalaman dan malang-melintang bertahun-tahun. Tetapi sayangnya, smartphone LG kurang mendapat tempat sebagai pilihan utama penggemar Android di segmen atas, termasuk di Indonesia. Tentunya itu sebelum mereka mengeluarkan smartphone terbarunya yang saya ulas ini, LG G2.

Bisa jadi, LG G2 dapat menjadi kebangkitan LG untuk merangsek lagi ke persaingan smartphone papan atasnya.

Desain

LG mengadopsi konsep desain dengan semangat Learning From You.

Dasar keinginan pemakai smartphone sekarang berbeda dengan saat ponsel pertama kali diperkenalkan. Kalau dulu telepon genggam hadir dengan ukuran yang sangat besar, kemudian orang ingin agar ukurannya diperkecil. Alasannya supaya muat dan mudah disakukan. Sekarang, kebanyakan orang mendambakan layar smartphone yang semakin besar, karena kebutuhan akan multimedia, web browsing, chatting, membaca email, berita dan sebagainya akan lebih terpuaskan di layar berukuran lega. Sayangnya, ukuran tangan manusia sebenarnya tidak berubah sehingga perangkat dengan layar besar akan menimbulkan masalah baru saat harus dipegang. Tentunya ini adalah tantangan yang cukup berat untuk menyeimbangkan dua elemen yang bertolak belakang tersebut.

Kalau mengacu pada phablet dengan layar 5” yang banyak keluar sejak tahun lalu dan sukses menjadi tren, kita akan terpana betapa sebenarnya ukuran LG G2 ini lebih kecil dan kompak dari phablet-phablet yang sudah beredar saat ini, tetapi dengan ukuran layar yang sebenarnya malah lebih besar.

HTC Butterfly S, LG G2, Lenovo K-900
HTC Butterfly S, LG G2, Lenovo K-900

Walaupun G2 telah mengemas layar berukuran 5,2 inci, ternyata ukurannya termasuk ringkas dan termasuk tipis dengan bodi yang tebalnya hanya 8.9mm. Ini tentunya pencapaian yang menggembirakan mengingat kebanyakan phablet 5 inci memiliki ukuran lebih besar dan ketebalan bodi rata-rata di atas 10mm.

Jadi sebenarnya, membesarkan ukuran layar adalah perkara “mudah”. Namun memasukkan layar besar sambil membuat ukuran fisiknya tetap ringkas, apalagi tetap ringan, sementara ini hanya bisa dilakukan oleh produsen papan atas. LG G2 ini memiliki bobot yang hanya 143 gram, sedangkan kebanyakan phablet 5 inci lebih berat sekitar 30-70 gram.

Keberhasilan LG di G2 yang menonjol adalah kemampuannya membuat layar edge to edge dengan bingkai layar yang begitu tipis. ternyata rahasianya terletak pada teknologi yang dinamakan dual routing.

Biasanya dibutuhkan ruang yang cukup besar untuk menjejerkan “kabel” konektor di tepian layar yang berguna untuk menghubungkan beberapa segmen LCD dan dikumpulkan di bawah. Dengan dual routing, kumpulan konektor ini dibagi ke atas dan ke bawah, sehingga frame layar bisa menjadi lebih tipis. Sejauh ini, sepertinya LG G2 yang memiliki frame layar paling tipis di smartphone Android.

lg-g2-display-11

Kebanyakan orang akan cukup terkejut ketika memegang unit ini. Ukurannya termasuk nyaman untuk digenggam, ditambah bentuk belakangnya yang melengkung halus dengan sudut-sudut membulat yang membuatnya semakin pas dengan bentuk genggaman tangan.

0029

Satu yang unik dan membuat kebanyakan orang yang baru pertama kali memegangnya harus memutar-mutar G2 adalah lokasi tombol power dan tombol fisik lainnya. Berbeda dengan kebanyakan smartphone lain yang memiliki tombol power di bagian atas atau di samping bodi, LG G2 menempatkannya di bagian belakang bersama dengan lensa kamera.

Filosofi desainnya cukup menarik. Ketika orang menggenggam smartphone, jari telunjuk akan digunakan untuk menahan smartphone. Daripada jari telunjuk ini menganggur di belakang, sebaiknya dibuatkan sesuatu, dan LG G2 menempatkan tombol power plus tombol volume +- di belakang, tepat dibawah kamera, yang mudah diakses oleh jari telunjuk ini. Sangat menarik dan berbeda.

Saat pertama menggunakan G2, sebagian orang mungkin berpikir apakah tombol power yang ditempatkan di belakang ini akan mudah tertekan secara tidak sengaja jika ponsel diletakkan di atas meja? Ternyata tidak, karena di sisi kiri-kanan tombol power ada bagian casing yang menonjol untuk menahan agar tombol power tidak tertekan tanpa sengaja.

Pertama dalam prakteknya, memang harus ada kebiasaan yang berubah, dan kita harus beradaptasi. Ternyata menekan tombol power di belakang bukan perkara nyaman dan mudah untuk pertama kali, dan bisa jadi membutuhkan cukup waktu untuk terbiasa. Yang mungkin tidak disadari penggunanya, saat tombol powernya ditekan, akan ada lingkaran cahaya menyala di sekeliling tombolnya, memberikan efek futuristik.

Bagi yang tidak mau repot untuk beradaptasi dengan posisi tombol power yang unik, LG telah menyiapkan alternatif lain yang lebih menarik, yaitu Knock On. Cukup mengetuk/men-tap layar dua kali, maka layar akan menyala. Tap 2 kali lagi di halaman homescreen yg kosong, layar akan mati.

Cara ini sebenarnya sangat memudahkan untuk para pemakai phablet. Biasanya menekan tombol power agak sulit dilakukan dengan satu tangan. Paling tidak, Anda harus mengubah posisi tangan untuk menggapai tombol power,kemudian kembali ke posisi yang dianggap nyaman untuk menggenggam device. Saat dicoba, tidak semua ketukan 2 kali ini berhasil. Namun persentasi gagalnya termasuk kecil dan fitur Knock On ini termasuk cukup membantu pengguna.

Dengan absennya tombol volume, power di semua sisi bodi menjadikan G2 enak dikantungi, Ketika kita mengeluarkan dari saku, atau ketika telepon berbunyi dalam saku, ketika dikeluarkan, tangan kita tidak akan menyentuh salah satu tombol tersebut secara tidak sengaja.

Pada bagian atas G2, terdapat port infrared kecil yang bisa menyulapnya menjadi remote untuk TV segala merk, set-top-box, perangkat audio, DVD, Projector bahkan sampai AC yang tidak harus menyandang merk LG.

Di sebelahnya ada lubang kecil berupa secondary mic, yang biasanya digunakan untuk mendengarkan dan mengeliminasi suara dari lingkungan sekitar, ketika kita sedang bertelepon.

Pada bagian bawah unit, terdapat sepasang lubang speaker mengapit lubang koneksi micro SD. Di sebelah speaker kiri, terdapat lubang jack audio 3.5mm. Posisi lubang speakernya seperti pada iPhone. Bedanya kalau pada iPhone hanya satu bagian speaker yang  berbunyi (mono), pada G2 keduanya bersuara (stereo). Suara yang dikeluarkan cukup lantang, tetapi penempatan speaker seperti ini bukan tidak beresiko, apalagi untuk sebuah device yang cukup besar.

Ketika tangan kita menggenggam device yang cukup besar, biasanya kita menyelipkan sebuah jari sebagai penahan dari melorotnya ponsel dari genggaman. Biasanya jari kelingking digunakan sebagai penahan, dan ini memungkinkan salah satu buah speaker tertutup jari.

0027

Tergantung cara kita memegang ponsel, dengan tangan kiri atau tangan kanan, dan posisi di tengah atau agak ke bawah, penempatan lubang speaker ketika dipasangkan jack earphone akan cukup mengganggu pegangan jika kita menggenggam menggunakan tangan kiri.

Dan berdasarkan posisi jari telunjuk yang akan menempel di tombol volume, posisi menggenggam unit ini dipastikan bukan di tengah tetapi agak ke bawah.

Ditambah lagi kecenderungan orang yang kebanyakan dominan tangan kanan, memegang device selayaknya selalu tangan kiri, karena jari  telunjuk tangan kanan akan digunakan untuk digerakkan di atas layar.

Bahan yang digunakan LG G2 sebagai flagship papan atasnya adalah plastik. Walau sebenarnya terkesan bagi banyak orang kalau plastik adalah bahan yang murah, ini tergantung juga bagaimana manufaktur mengolah desain dan finishingnya. Kualitas rancang bangun LG G2 juga amat baik. Walaupun terbuat dari plastik, tidak ada kesan murahan dengan bodi yang kokoh dan mantap bahkan saat digenggam dengan erat. Hanya saja penggunaan finishing mengkilap menjadikannya sebagai penarik sidik jari. 

0034

Selain tempat SIM card berukuran micro pada sisi kiri atas yang harus dibuka dengan cara ditusuk pada bagian lubang sim, tidak ada bagian lain pada body LG G2 yang bisa dibuka, termasuk bagian belakang yang menutupi baterai.

Performa.

LG G2 hadir dengan memboyong spesifikasi kelas atas dan prosesor terbaru. Sebagai otak utamanya, prosesor Qualcomm Snapdragon 800 berkecepatan 2.26 GHz Krait 400 quadcore menjadi andalan. Sebagai catatan, Snapdragon S800 saat ini masih menjadi prosesor buatan Qualcomm yang paling tinggi dan tercepat.

Screenshot_2013-09-28-11-26-37Ke-4 inti prosesornya dengan pintar bisa bekerja sendiri-sendiri, tergantung load dari kebutuhan komputasi yang sedang dikerjakan. Hanya sekedar membaca email, atau mendengarkan lagu, maka sistem akan mengarahkan agar hanya 1 inti prosesornya yang bekerja, sementara 3 inti lainnya “tidur” untuk menghemat daya. Setiap ada beban komputasi tambahan, inti prosesor ke-2 baru jalan. Ketika dirasakan kurang, inti prosesor ke-3 akan ikut jalan dan seterusnya sampai inti prosesor ke-4.

Untuk chip grafis, G2 telah dilengkapi chip Adreno 330 yang juga merupakan kasta tertinggi dari Qualcomm.

Selama dipakai, LG G2 tidak pernah kekurangan tenaga atau mengalami lag saat menjalankan banyak aplikasi. Selain karena prosesornya yang kencang, juga karena memory RAM yang disediakan cukup besar yaitu2 GB.

 Walaupun benchmark sebenarnya bukan harga mutlak, dan sebenarnya tidak bisa menggantikan user experience, tapi setidaknya bisa menjadi acuan dasar bagi orang untuk melihat seberapa cepat unit tersebut sanggup bekerja.

Percobaan menggunakan benchmark Quadrant dan Antutu, hasil yang di dapat memang angkanya menunjukkan kinerja yang sangat baik. Bahkan beberapa review lain memperlihatkan hasil dengan score beberapa ribu lebih tinggi.

Quadrant Benchmark
Quadrant Benchmark

Screenshot_2013-09-28-23-06-33

Dalam uji coba selama kurang lebih 1 minggu, G2 benar-benar dipakai untuk berbagai keperluan mulai hiburan, bekerja, memindahkan data, dan sebagainya. Hasilnya, LG G2 dapat melakukan semua itu tanpa kendala berarti. 

Layar

Dengan resolusi Full HD 1080p, (1920×1080 pixel) di bidang berukuran 5,2 inci, layar LG G2 memiliki kerapatan pixel 423ppi. Kerapatan ini sudah  jauh lebih tinggi dibandingkan Retina display yang ada di iPhone, sehingga ketajamannya sudah tidak perlu diragukan.

LCD yang digunakan di G2 ini sepertinya mirip dengan yang dipakai di HTC One, Super LCD3, atau setidaknya memiliki karakter yang mirip.

Pengecekan dengan CPU-Z memperlihatkan display dengan kode JDQ39B, sementara di HTC One versi JDQ39. Diduga layar LCD ini merupakan versi perbaikan dibandingkan layar HTC One.

Hasil warnanya sangat akurat, nyaman di mata, jernih, dengan sudut pandang yang sangat baik. Orang bisa betah berlama-lama browsing, membaca email, atau menonton film dengan G2. Bisa dikatakan layar yang dibenamkan dalam LG G2 ini adalah salah satu layar dengan kualitas yang terbaik.

Video dengan codec lengkap
Video dengan codec lengkap

Selain pengaturan koneksi layar dengan Dual Routing yang sudah kita bahas di atas, layar LG G2 ini dilengkapi teknologi G-RAM, atau Graphic-RAM.

Seperti kita ketahui, display, apalagi dengan ukuran besar dan resolusi tinggi, menghabiskan banyak daya baterai. Dengan teknologi G-RAM ini, pemakaian daya akan irit sampai 26%. Dengan kebutuhan daya untuk layar yang lebih irit ini, berarti bisa menghemat daya device sampai 10% secara keseluruhan.

Kekurangannya layar LG G2 ini  hanya pada auto brightness saja. Entah mengapa auto brightness di LG tidak berjalan dengan baik. Harus benar-benar di suasana cahaya ekstrem agar baru bisa bekerja, seperti di bawah sinar matahari terik yang untungnya masih dapat diatasi dengan baik. Atau dalam kondisi gelap, barulah fungsi ini bekerja dengan cukup baik. Tetapi di ambience yang cukup cahaya, atau kurang cahaya sedikit, dianjurkan untuk mengatur tingkat kecerahan secara manual. Pengaturan kecerahan layar untungnya dapat dilakukan dengan mudah.

Kamera

Kemampuan kamera kini menjadi salah satu elemen penting untuk sebuah smartphone Android kelas atas, bahkan menjadi pertimbangan penting bagi calon pembeli. Ini tentunya didorong dengan tersedianya beragam aplikasi sosial media yang mendukung untuk berbagi hasil foto, plus aplikasi-aplikasi pengeditan foto yang semakin baik. 

Kalau mengacu kepada kamera di device LG sebelumnya, yaitu Google Nexus 4, teknologi kamera LG sepertinya tertinggal cukup jauh dengan brand lain. Tetapi di LG G2, sepertinya ingin diperlihatkan kalau LG juga sanggup membuat teknologi kamera yang bagus. Kamera utama LG mengemas sensor BSI (Back-illuminated Sensor) 13 megapixel sementara kamera depannya mengemas resolusi 2,1 MP.

Teknologi penting kamera yang sekarang harusnya ada di smartphone papan atas masa kini adalah OIS, Optical Image Stabilization. Dengan OIS, lensa kamera dapat bergerak sampai sudut tertentu untuk mengompensasi gerakan tangan ketika sedang membidik foto. LG sudah membenamkan teknologi OIS pada G2, mengikuti pabrikan smartphone lain seperti Nokia dan HTC.

Teknologi OIS ini akan terasa gunanya ketika pencahayaan kurang seperti di malam hari. Sedikit saja tangan bergerak, maka foto akan tampak kabur. Dengan OIS, kemungkinan ini akan diperkecil. Juga teknologi OIS ini sangat terasa pada perekaman video, apalagi ketika kita bergerak. Tanpa OIS, biasanya penonton akan pusing karena gambar bergerak naik turun atau miring. Dengan OIS, hal ini bisa diredam.

Format rasio aspek foto yang dimiliki G2 adalah 4:3. Jika ingin membuatnya menjadi 16:9 sesuai ukuran layar, maka ukuran foto akan turun ke 10 MP karena harus dipotong. Untuk kebutuhan video, G2 sudah mampu merekam video Full HD 1080p.

0032Keseriusan LG di G2 untuk kameranya terasa dipilihan bahan penutup lensanya, yaitu Sapphire Crystal.

Ingat posisi power, dan tombel volume di body bagian belakang dan berada tepat dibawah kamera? Posisi ini akan membuat pemakai dipastikan sering salah sentuh dengan menyentuh lensa kamera.

Kamera yang sering tersentuh tangan meninggalkan noda, biasanya akan membuat gambar menjadi menjadi sedikit buram. Belum lagi posisi kamera di belakang akan memungkinkan lensa banyak bergesakan dengan benda lain, misal diletakkan di meja, ketika dikeluarkan dari kantung, tas, dan sebagainya. Penggunaan sehari-hari tersebut memungkinkan lensa tergores. Dengan kristal safir ini, lensa kamera menjadi tahan gores dan tidak membekas jika tersentuh tangan. Setiap kali dibutuhkan, kita tinggal mengambil gambar foto tanpa harus membersihkan lensa terlebih dulu.

Untuk hasil foto, kamera LG G2 boleh dibilang sangat bagus, berbeda dengan kamera Nexus 4 yang biasa saja. Akurasi warna foto yang dihasilkan sangat baik, termasuk suasana ambience bisa dirasakan mirip dengan kondisi asli. Ketajaman juga amat baik untuk ukuran smartphone.

Berikut hasil foto langsung dari G2 tanpa penyuntingan. Untuk hasil foto lainnya, dapat dilihat di akun Flickr resmi yangcanggih.com.

CAM00036
CAM00103
CAM00059
CAM00179
CAM00052
CAM00055
CAM00068
CAM00034
CAM00452_1
CAM00181
CAM00272

Dalam mode fotonya, LG G2 menyertakan 12 mode foto, seperti Normal, Burst shot, panorama, night mode, dan sebagainya. Bahkan juga ada mode dual camera seperti di ponsel Samsung, yang memungkinkan kamera depan dan belakang memotret bersamaan. Sebagian orang menilai mode tersebut hanyalah gimmick saja, tetapi ternyata banyak anak muda dan ibu-ibu yang menyukainya.

Ada beberapa mode yang menurut saya bisa membantu menghasilkan foto yang lebih maksimal.

Dynamic tone, misalnya. Ini sebenarnya istilah dari HDR atau High Dynamic Range, yang menggabungkan dua atau lebih foto dengan bagian lebih terang dan lebih gelap. Fitur ini sangat berguna waktu kita mengambil foto di dalam ruangan dengan latar belakang pemandangan yang terang, yang biasanya membuat object menjadi siluet. Dengan HDR, obyek dan latar belakang bisa sama-sama terlihat lebih jelas. Kemudian ada mode shot and clear untuk menghapus orang di belakang yang lewat.

Ini contoh foto dari G2 dengan HDR dan tanpa HDR.

Tanpa HDR
Tanpa HDR
HDR Mode
HDR Mode

Mode berikutnya yang menarik adalah Night Mode. Untuk foto di luar ruangan dengan pencahayaan berlimpah, kebanyakan smartphone mampu menghasilkan foto yang bagus. Namun ceritanya menjadi amat berbeda jika bicara kemampuan foto di dalam kondisi minim cahaya, atau low-light. Kebanyakan kamera smartphone biasanya “hancur” di kondisi ini. Padahal bisa jadi sebagian foto yang kita ambil bertempat di ruangan yang agak gelap. banyak kamera ponsel akan kedodoran di dalam ruangan yang kekurangan cahaya, bahkan temaram.

LG G2 memiliki kemampuan yang baik untuk menangkap ambience foto dalam kondisi minim cahaya. Dalam suasana yang amat gelap, butuh waktu lebih lama agar kamera G2 bisa mengunci fokus target. Terlihat di night mode LG G2 memberikan algoritma tambahan post-processing, untuk menghasilkan foto yang lebih terang dan bisa menangkap ambience, plus menghilangkan/ memperkecil noise. Sayangnya, hasil pemrosesan gambar ini sering berlebihan sehingga foto yang dihasilkan terlihat seperti cat air. Namun dari pengujian kami,  sebagian besar foto di kondisi malam hari cukup baik dan relatif bersih dari noise. Bisa dikatakan hasil foto low-light LG boleh bersanding dengan jagoan low-light seperti HTC One atau Nokia Lumia 920. 

Bagi para wanita atau pria yang peduli penampilan saat difoto, LG G2 memiliki mode kamera Beauty Shot. Dengan mode ini, foto wajah akan diproses menjadi lebih halus, kulit lebih terang, jerawat dan noda di wajah hilang, plus mata lebih bersinar secara instan.

Jika tidak suka dengan yang otomatis, Anda dapat mengatur berbagai setting seperti besaran ISO dan white balance secara manual. Pengambilan foto dengan filter efek hitam putih, sepia, dan makro juga dapat diatur di menu setting.

Ada tambahan setting yang menarik juga, dimana jika kita berkumpul bersama untuk mengambil foto, kamera bisa bereaksi bukan hanya dengan sentuhan shutter atau timer, tapi dengan mode suara ketika kita berkata cheese, atau kimchi. Dan untuk mereka yang senang foto diri sendiri atau yang dikenal dengan  selfie, tombol volume di belakang bisa diaktifkan sebagai shutter untuk mengambil foto dari kamera depannya. 

Hanya ada hal kecil yang dirasakan kurang dari G2. Untuk obyek bergerak seperti bayi atau anak berjalan, terutama di dalam ruangan, rasanya sulit sekali untuk mengunci fokusnya dan mendapatkan foto yang tajam. Walaupun sudah dicoba dengan mode kamera di set di sport, foto yang dihasilkan masih blur. Hanya dengan bantuan kedipan flash, objek baru bisa ditangkap “diam” dan tajam.

Untuk perekaman video, terasa sekali OIS sangat membantu. Satu menu yang menarik di video adalah Audio Zoom. Setelah diaktifkan ketika mengambil video, dan kita memperbesar (men-zoom) gambar ke object yang berbunyi atau bersuara, maka audio yang dihasilkan pun lebih besar untuk suara tersebut, selayaknya kita mendekati obyek.

Sound

Ada hal menarik soal suara dan musik yang bisa kita bahas khusus untuk LG G2 ini.

Pertama saat di launch di New York, LG membawa nama Vienna Boys Choir (VBC), paduan suara anak2 yang sangat terkenal, dan menjadikan suara mereka sebagai ringtone di G2. Sebenarnya ada maksud lebih dari LG selain memberikan ringtone dengan VBC. Pertama suara ringtone itu bisa menjadi pertanda pengenalan orang akan sebuah brand. Dari suara ringtone default, kita bisa mengenal suara ini keluar dari handphone brand apa, misal ringtone khas Nokia, HTC, Samsung, dan sebagainya.

LG berusaha memberi pendekatan lain, bukan hanya sekedar nada dering saja, tetapi dalam bentuk lagu Life is Good oleh VBC. Langkah yang bagus, seperti dulu berhasil dilakukan oleh Sony di ponselnya, yang kalau kita ingat berupa suara wanita bernyanyi hanya dengan kata ring…ring..ring saja, memberikan pengenalan yang berbeda kepada sebuah brand. Beberapa suara VBC yang lain masih menghiasi untuk penanda notifikasi bahkan sampai weker untuk bangun tidur.

lg g2 music player

Kedua, sebenarnya LG memperkenalkan format music yang lebih canggih di LG G2.

Kebanyakan orang mengenal format MP3, yang akhirnya membuat industri musik dengan format kepingan cd maupun pita kaset tumbang. Tetapi sebenarnya format MP3 ini adalah format musik dalam kondisi terkompresi untuk menghasilkan besaran data file yang tidak terlalu besar. Akibatnya sebenarnya ada bagian-bagian detail musik yang hilang. Belum lagi jika kompres music mp3 nya dibuat semakin kecil kbps nya. Performa MP3 yang baik sebenarnya berada di kompresi 320kbps, ini mendekati kualitas rekaman CD, tetapi tentu saja filenya mejadi cukup besar, bisa mencapai 7-15 MB per lagu.

Sebenarnya kualitas kepingan CD audio itu ada di atas format MP3. Nah format ini jika ingin dicapai kesetaraanya dalam kompresi lagu, salah satunya yang dikenal umum adalah format FLAC ( Free Lossless Audio Codec) dan juga WAV. File lagu original, di kompres besarannya menjadi 50%  tanpa kehilangan informasi data nya.

FLAC ini terbagi dua kompresinya, 16 bit dan 24bit. FLAC 16 bit setara dengan rekaman CD quality. FLAC 24 bit setara dengan rekaman  Studio quality. Nah, LG G2 mampu melakukan encoding format lagu FLAC 24bit 192KHz langsung dari software bawaannya. Semua ponsel Android bisa menangani format lagu MP3, sebagian kecil bisa menangani FLAC 16bit. Tapi sebagian besar tidak bisa menangani FLAC 24bit.

Para audiophile atau penggemar musik biasanya lebih menyukai format FLAC jika memang serius ingin mendengarkan sebuah musik. Keuntungannya, detail suara musiknya akan jauh lebih terdengar dibandingkan format MP3. Suara penyanyi bisa didengar sampai tarikan nafasnya, cymbals berdenting pelan di belakang sampai getaran sisanya bisa didengar, gesekan jari di atas senar gitar, posisi suara mana yang dibelakang, mana yang didepan, dll, memberikan efek seolah-olah kita mendengar pemain music ada di depan kita. Hal-hal “kecil” ini yang banyak hilang jika suara di kompres dalam format MP3.

Analogi mudahnya, bayangkan kita masuk ke sebuah kamar temaram yang jendelanya masih tertutup gorden. Kita bisa melihat ada tempat tidur, ada meja tulis, buku , lemari. Itu kira-kira format MP3. Ketika gorden dibuka dan cahaya matahari masuk, kita bisa melihat judul buku yang ada di meja, poster di depan lemari, retakan di dinding, pola pada sarung bantal dan sebagainya. Itu kira-kira gambaran kalau kita mendengarkan rekaman lagu dalam format FLAC 24bit, lebih kaya akan detail.

Screenshot_2013-10-03-15-57-50Sayangnya format FLAC 24 bit atau WAV mau tidak mau akan memiliki besaran file yang jauh lebih besar dari MP3. Sebuah lagu Norah Jones yang kita pakai untuk testing, satu lagu nya berukuran 200 MB :-) , lebih besar daripada satu album MP3. Lagu-lagu lain format FLAC berkisaran 50MB ke atas, per lagu.

Tentu saja setelah pemutar musiknya sanggup mengolah data 24bit, yang harus kita punya adalah earphone atau headphone yang bagus. Untuk menguji kualitas musiknya, Jaben Bandung telah berbaik hati meminjamkan earphone Shure 535 dengan 3 driver (yang harganya setara LG G2 nya sendiri), untuk menguji suara yang dihasilkan pemutar musiknya.

Hasilnya benar-benar berbeda. Berkali-kali sudah mendengarkan lagu-lagu dari album Come away with me – Norah Jones, ketika diputarkan versi 24 bit-nya, banyak suara yang dulunya tidak pernah kita dengar di lagu MP3nya, sekarang keluar memperkaya lagunya. Detail dentingan cymbals, ketukan kalem bass nya, dentingan piano, terasa jauh lebih jernih dan memiliki jarak masing-masing, dengan pembagian suara yang jelas, mana instrumen di bagian kiri, mana yang di kanan, mana yang di posisi depan atau belakang.

LG G2 with Shure 535
LG G2 with Shure 535

Begitu pula ketika mencoba lagu Lana Del Rey, Summertime Sadness (Cedric Gervais Remix), yang lagu aslinya kalem, kemudian diubah menjadi lagu dengan banyak dentuman. Ketika disandingkan bersebelahan dengan format MP3, kentara format FLAC terdengar lebih bertenaga, dengan suara Lana yang lebih dalam, dan beat yang lebih panjang.

Jika tidak punya file musik FLAC, lagu nada dering bawaan LG G2 dari Vienna Boys Choir juga hadir dalam format FLAC 24 bit. Ketika kita memutar lagu dengan format FLAC 24bit, otomatis semua settingan audio tambahan seperti bass booster, treble booster, vocal booster, dan sebagainya tidak bisa diatur seperti saat memutar format MP3 atau FLAC 16 bit. Untuk FLAC 24bit, suara dikeluarkan apa adanya seperti rekaman saat di studio. Sangat menarik dan patut dialami sendiri.

User Interface

Sebenarnya dengan desain baru yang menghilangkan tombol fisik di depan, LG sudah mencoba lepas dari gambaran desain smartphone kompetitor senegaranya, Samsung.

Tetapi ketika kita melihat UI atau user interfacenya, LG G2 seakan bercermin di hadapan UI TouchWiz Samsung. Posisi widget dan icon di homescreen, bar menu, sampai kepada fitur seperti smartstay, memperlihatkan LG masih belum bisa lepas dari bayang-bayang Samsung.

Sejatinya, salah satu pembeda dari smartphone android  brand-brand papan atas adalah User Interface masing-masing, yang dikembangkan untuk memperkaya sistem operasi Android. Dengan berbagai fiturnya, UI LG ini sangat berat. Tetapi untungnya prosesor dan RAM 2GB miliknya mampu mengatasinya dengan baik dan tidak sampai membuat unit tersendat.

Screenshot_2013-09-29-12-55-41

Fitur dan setting yang ditampilkan terlihat amat banyak dan menyajikan banyak pilihan, sepertinya ingin semuanya ada. Bahkan ketika kita dropdown notifikasi, setengah halaman layar habis untuk notifikasi asli bawaan LG, dan notifikasi lain seperti email, SMS, chatting, dan sebagainya akan ada di bawah sehingga layar terpaksa harus digulung. Ada baiknya jika LG mempertahankan sistem notifikasi di Jelly Bean 4.2.2 bawaan Google yang lebih sederhana, yaitu dengan menyapukan dua jari ke bawah akan memunculkan setting untuk Bluetooth, backlight, Wi-Fi, dan setting lain, sementara sapukan satu jari ke bawah untuk membuka notifikasi.

Screenshot_2013-09-30-11-00-53

Keyboard bawaan LG juga dirasakan penuh, seakan ingin memasukkan semua karakter yang ada sehingga ukurannya memakan setengah halaman. Bagusnya, OS android memiliki banyak aplikasi pengganti keyboard dari pihak ketiga. Sepertinya UI LG ini ingin menyenangkan banyak pihak supaya semua orang bisa memakai LG G2 ini, baik kaum profesional juga termasuk anak remaja, bahkan kemungkinan para wanita remaja yang menyenangi tampilan dan animasi warna-warni. Bahkan di setting awal saja, pergeseran antar halaman sudah menggunakan gerakan animasi yang cukup menyita perhatian dan waktu perpindahan. Ini bertolak belakang dari beberapa vendor yang justru ingin membuat tampilannya seminimalis mungkin.

Saya berharap LG juga lebih berkonsentrasi menyederhanakan UI uniknya, dengan hanya menyertakan elemen yang penting saja. Bagi pengguna yang menginginkan tampilan lebih “heboh” dengan efek-efek menggetarkan dunia, biarkan saja mereka menggunakan launcher 3rd party. 

Tetapi ini tidak berarti semua fitur bawaan LG tidak menarik. Ada beberapa yang menarik seperti misalnya saat ada telepon masuk saat kita sedang bermain game atau bekerja. Biasanya pada ponsel lain kita harus memilih, mengangkat atau mematikan telepon dan baru bisa melanjutkan aplikasi tersebut. Pada LG G2, jika kita sedang mengerjakan hal penting, dan ada telepon masuk yang kita anggap tidak terlalu penting dan bisa kita telepon balik, telepon tersebut bisa dijalankan di latar  (penelepon tidak di reject) sehingga aktivitas pekerjaan atau main game tetap bisa dilanjutkan.

Aplikasi Qslide memungkinkan ketika kita sedang menjalankan sebuah aplikasi. Misalnya kita sedang mengetik di aplikasi Office dan kita membutuhkan kalkulator, maka kita bisa membuka aplikasi kalkulator di atas aplikasi Office dengan ukuran dan transparansi yang bisa kita atur. Selain aplikasi kalkulator, kita bisa membuka aplikasi lain seperti browser, YouTube, kalender, dan lainnya, di atas aplikasi Office tersebut.

Quick Translator dan dictionary yang sudah bawaan juga menarik ada di LG G2. Dengan Quick translator, kita bisa memanfaatkan kamera untuk menterjemahkan kata bahkan kalimat yang kita lihat melalui kamera. Fungsi ini bekerja cepat dan bagus seperti google translate. Dictionary bawaannya sudah membawa kamus Inggris-Indonesia. Sementara fungsi voice command yang mirip SIRI sepertinya masih harus diperbaiki lagi.

Beberapa fitur menyangkut wireless juga membuat nilai tambah di flagship LG ini, seperti NFC, WiFi Direct untuk berbagi file melalui koneksi WiFi, Smartshare Beam untuk berbagi konten sesama device LG, misal dari smartphone ke tablet. Miracast untuk menampilkan video dan music di TV, dan terakhir wireless storage, untuk memindahkan data dari smartphone ke PC/Notebook dan sebaliknya, tanpa memerlukan kabel, selama terhubung ke access point yang sama.

 Screenshot_2013-10-08-10-32-51

Screenshot_2013-10-08-10-33-06

Daya Tahan

Semakin bagus sebuah smartphone, sebenarnya akan semakin banyak digunakan pemakainya. Semua aplikasi, social media, entertainment akan dibenamkan di sana, yang akhirnya membuat smartphone semakin banyak digunakan dan menyala lebih lama. Untuk semua kebutuhan tersebut, akhirnya kemampuan baterai menjadi sangat krusial.

Untuk LG G2 ini , LG berhasil memaksimalkan kapasitas baterai pada ukuran tempat yang lebih terbatas, sehingga baterai Lithium Polymer 3000 mAh berhasil dibenamkan disana, dan tetap berbobot ringan.

Keberhasilannya dengan teknologi G-RAM yang sudah kita ceritakan di atas, dan kombinasi daya yang hemat dari prosesor Qualcomm Snapdragon 800, berhasil membuat G2 untuk dipakai cukup intens di atas 13 jam. Bahkan untuk penggunaan berat seperti bermain game dan memutar video. Rata-rata dari hasil test selama kurang lebih 1 minggu dengan pemakaian yang bisa dibilang berat 13-18 jam bisa dicapai dengan mudah oleh LG G2 tanpa harus menjalankan power saver mode. Di samping itu, LG juga sanggup memberikan automatic standby mode yang bagus. Misalnya, ketika jam 1 pagi charger dicabut dengan kondisi baterai penuh, lalu dibiarkan standby menyala (kondisi layar padam), pada pagi hari saat digunakan, baterai masih tetap dalam kondisi 100%.

Screenshot_2013-10-02-23-33-42

 Screenshot_2013-09-30-21-45-13

Kesimpulan

Sebagai sebuah produk andalan, LG G2 hadir dengan spesifikasi yang bisa dikatakan amat modern dan “buas” dalam artian positif. Dari hasil pengujian kami, LG G2 akan memenuhi kebutuhan konsumen yang masuk dalam kategori power user. Kalangan pengguna ini biasanya cukup sadar akan kemajuan teknologi dan mengharapkan gadget dengan performa terbaik tanpa terlalu mempedulikan harganya.

Bicara soal harga, walaupun G2 termasuk smartphone Android yang paling cepat dengan deretan fitur yang canggih, ternyata harga jualnya amat kompetitif jika dibandingkan smartphone merek lain di kelasnya. Dibanderol dengan harga Rp.6.799.000,- di Indonesia, bahkan dengan banyak program diskon dan bonus, seringkali LG G2 ini bisa dibeli dengan harga di bawah 6 juta rupiah. Ini menjadikannya sebagai smartphone super canggih dan super cepat dengan harga yang menarik.

Jadi, bagi siapapun yang mendambakan sebuah smartphone Android yang memiliki performa teratas (untuk saat ini), dengan kualitas foto dan layar kelas atas, serta harga yang cukup masuk akal, sepertinya LG G2 amat layak menempati posisi teratas di daftar belanja Anda. 

9 komentar

  1. permisi. saya mau nanya. apakah LG G2 bisa video call?
    klo ada, tolong sertakan screenshoot nya
    terimakasih

  2. LG G2 memang oke banget.. Kebetulan saya sdh memilikinya.. Mnrt saya ttg kejernihan layarnya memang luar biasa, krn sdh saya bandingkan dgn samsung galaxy S4 trnyta layar LG G2 jauh lebih halus.. Selain itu fitur2 yg disebutkan diatas memang layak jadi pertimbangan..

  3. Kekurangannya slot external MicroSD, suara speaker msh kalah sm sony, batre permanent. Kelebihan gk ad versi KW nya gk spt iPhone, Samsung, BB. Overall rating 4 Star.

  4. wah, taman yang difoto itu deket sama rumah saya, hahaha :p

    LG memang sering menawarkan hal yang ga biasa. Pertama dan terakhir beli produk LG itu pas saya beli LGKU250 sekitar taun 2008, hape 3G termurah di pasaran hahaha

    yang ini asik juga nampaknya.

Back to top button